Jakarta – Pembangunan infrastruktur di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus mendapat apresiasi dari berbagai pihak, terutama dalam upaya meningkatkan konektivitas di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Dalam kurun waktu 10 tahun, infrastruktur transportasi udara yang dibangun di bawah pemerintahan Jokowi dianggap memberikan dampak positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.
Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Telisa Aulia Falianty, mengungkapkan pandangannya bahwa pembangunan fasilitas transportasi udara di wilayah 3T sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh transportasi darat maupun laut. “Dampak ekonomi dari pembangunan fasilitas udara sampai ke wilayah 3T sangat besar. Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil sekarang lebih mudah memenuhi kebutuhannya, terutama melalui konektivitas udara,” ujar Telisa.
Telisa mencontohkan, di Papua, pembangunan bandara baru dan perintis membantu menurunkan harga kebutuhan pokok yang sebelumnya sangat tinggi karena sulitnya distribusi. “Di era Jokowi, harga kebutuhan pokok lebih terjangkau di daerah terpencil, berkat meningkatnya intensitas penerbangan dan konektivitas yang baik,” jelasnya.
Selain memberikan dampak pada harga kebutuhan pokok, pembangunan infrastruktur udara di daerah 3T juga membuka peluang ekonomi baru, seperti sektor pariwisata. “Dengan adanya konektivitas udara, wisatawan dapat menjangkau daerah-daerah yang sebelumnya sulit diakses. Ini menciptakan sumber pendapatan baru bagi masyarakat lokal, meskipun skalanya belum sebesar sektor kebutuhan pokok,” kata Telisa.
Menurutnya, pencapaian ini sejalan dengan visi dan misi Nawa Cita yang menekankan pembangunan dari pinggiran, demi mengurangi kesenjangan antarwilayah. “Inklusivitas pembangunan di era Jokowi mencakup seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya di perkotaan, tapi juga di pelosok negeri,” tambahnya.
Pembangunan infrastruktur juga dinilai memberikan multiplier effect yang menggerakkan perekonomian lokal. “Salah satu contoh keberhasilan adalah di Nabire, Papua, di mana bandara yang dibangun mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” ungkapnya.
Telisa pun memuji kebijakan Jokowi yang mengalokasikan anggaran infrastruktur lebih dari Rp 400-500 triliun per tahun. Menurutnya, komitmen Jokowi terhadap pembangunan infrastruktur layak dihargai. “Beliau layak disebut Bapak Infrastruktur Indonesia. Pembangunan yang beliau lakukan tidak hanya memperlancar konektivitas, tapi juga berkontribusi besar pada pengurangan disparitas dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama di wilayah 3T,” pungkas Telisa.