Oleh : Veronica Lokbere )*
Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali melancarkan aksi keji dan biadabnya dengan menembak pilot helikopter berkebangsaan Selandia Baru, yang mana karena hal tersebut kini menjadikan semakin terhambatnya pemerataan pada akses kesehatan masyarakat di Papua.
Tentunya yang menjadi korban dari kejadian tersebut bukan hanya pihak pilot Selandia Baru beserta keluarga duka saja serta para penumpang dalam helikopter saja, namun ternyata dampaknya sangat besar bahkan aksi keji dan biadab OPM itu sampai menghambat pemerataan akan akses kesehatan bagi masyarakat Papua.
Padahal, sejatinya pilot helikopter berkebangsaan Selandia Baru itu terbang ke wilayah berjuluk Bumi Cenderawasih tersebut dalam upaya melangsungkan misi kemanusiaan dengan membawa tenaga kesehatan (nakes) di sana, namun justru Organisasi Papua Merdeka menghadangnya dan melakukan penembakan kepada sang pilot sehingga kini mengakibatkan terhambatnya pemerataan akses kesehatan yang sedang Pemerintah RI upayakan.
Kejadian terjadi tatkala OPM membunuh pilot helikopter berwarganegara Selandia Baru, bernama Glen Malcolm Conning. Tidak hanya melakukan pembunuhan, namun gerombolan teroris musuh negara itu juga sempat menyandera tenaga kesehatan (nakes) dan bayi penumpang helikopter milik PT. Intan Angkasa Service (IAAS).
Setelah melakukan penembakan, gerombolan separatis asal Bumi Cenderawasih itu kemudian bahkan membakar jasad sang pilot bersama dengan helikopternya di Distrik Alama, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Setidaknya, terdapat beberapa anggota tenaga kesehatan (nakes) yang menjadi penumpang dalam helikopter, yakni Hasmaya selaku bidan dan juga Naomi Kambu selaku ahli gizi. Akibat aksi keji dan biadab tersebut jelas menyisakan pilu di Tanah Papua.
Hasmaya, selaku bidan sekaligus penumpang selamat dari peristiwa tragis tersebut mengungkapkan bagaimana kisah pembunuhan sang pilot. Ketika dirinya mendarat dan turun dari helikopter, memang sempat mendengar adanya suara tembakan dari arah sungai tempat di mana OPM datang.
Kala itu, Glen Malcolm Conning sempat membukakan pintu untuk mempersilakan nakes turun terlebih dahulu. Namun ketika hendak turun, langsung terjadi tembakan dari Organisasi Papua Merdeka yang menjadikan tenaga kesehatan langsung lari karena hendak menyelamatkan diri bersama dengan anak yang dia bawa.
Penembakan pilot Selandia Baru oleh gerombolan separatis musuh negara itu kemudian mendatangkan kepanikan yang sangat luar biasa sehingga menjadikan nakes langsung fokus berlari menuju ke arah puskesmas.
Dalam rangka menyelamatkan diri, tenaga kesehatan itu pergi ke rumah Pendeta beserta dengan seluruh penumpang lain berkumpul di sana hingga datang aparat keamanan untuk menjalankan evakuasi.
Pasukan elite dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) kemudian berhasil melangsungkan upaya evakuasi kepada nakes dan anak yang sempat menjadi korban sandera OPM pembunuh pilot Selandia Baru.
Kepala Staf Umum (Kasum) TNI, Letnan Jenderal (Letjen) Richard Tampubolon menambahkan bahwa selain membunuh pilot, ternyata gerombolan teroris itu juga menyandera hingga 4 orang tenaga kesehatan serta 2 orang anak penumpang helikopter.
Sebagai informasi, bahwa helikopter milik PT. Intan Angkasa Air Service (IAAS) tersebut memang bertujuan untuk mengantarkan para nakes melaksanakan tugas demi memberikan pelayanan kesehatan kepada para warga Distrik Alama.
Merespon adanya situasi penyanderaan itu, sontak aparat keamanan langsung segera mengambil langkah pengamanan di wilayah sana dan menyusun rencana evakuasi jenazah dari lokasi kejadian untuk penanganan lebih lanjut.
Tim Evakuasi Aparat Keamanan berhasil sampai dengan selamat termasuk menembus adanya kendala cuaca maupun potensi ancaman tembakan dari OPM sampai menuju ke lokasi jenazah. Selain itu, proses evakuasi kepada para nakes, guru dan anak-anak dari Distrik Alama juga berlangsung lancar dengan terdapat total 13 orang warga sipil biasa meliputi 8 nakes, 2 gyry dan 3 anak-anak.
Setelah itu, kemudian aparat keamanan melakukan kegiatan trauma healing terhadap para warga sipil, termasuk tenaga kesehatan yang sempat menjadi korban penyanderaan agar mampu mengalihkan pikiran buruk warga terhadap insiden biadab OPM dan mereka tidak terus berlarut ke dalam trauma.
Sementara itu, tokoh Papua Tengah, Natalis Tabuni menyatakan bahwa karena soal keamanan, yang mana hal tersebut jelas lantaran keberadaan Organisasi Papua Merdeka, mereka terus menjadi penghambat bagi akses layanan kesehatan dan juga pendidikan bagi masyarakat setempat.
Gangguan keamanan yang terus gerombolan separatis itu lancarkan memang terus menjadi penyebab utama terhambatnya pelayanan dasar menuju ke masyarakat, utamanya pada bidang kesehatan dan pendidikan.
Pelayanan kesehatan yang memadai masih belum sepenuhnya merata di Bumi Cenderawasih dan biasanya hanya ada di pusat kota saja. Maka dari itu Pemerintah RI berupaya melakukan pemerataan, namun justru terhambat karena adanya situasi yang tidak kondusif sehingga menyebabkan para nakes takut untuk bertugas.
Terlebih, adanya kasus belakangan yakni penembakan pilot Selandia Baru oleh OPM jelas telah kembali menghambat upaya Pemerintah RI untuk mewujudkan pemerataan akses pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat di Papua tanpa terkecuali termasuk mereka yang tinggal di daerah pelosok.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta