Oleh : Dhita Karuniawati )*
Indonesia tengah mengakselerasi tercapainya Visi Indonesia Emas 2045, yang merupakan arah pembangunan ekonomi nasional, dengan cita-cita menjadi negara berpendapatan tinggi. Guna mencapai visi tersebut, tiga mesin ekonomi digerakkan bersama dan berkesinambungan, yaitu revitalisasi mesin konvensional, membangun mesin ekonomi baru, dan penyempurnaan mesin ekonomi Pancasila.
Pada mesin ekonomi baru, terdapat fokus akselerasi pertumbuhan masa depan yang mencakup penerapan aplikasi digital, pengembangan industri semikonduktor, serta pengembangan ekonomi hijau dan energi terbarukan. Ekonomi hijau merupakan salah satu strategi transformasi ekonomi Indonesia yang ditetapkan oleh Bappenas untuk mencapai visi Indonesia 2045. Strategi ini dianggap sebagai pengubah permainan bagi Indonesia dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 dan menuju pembangunan berkelanjutan. Pemerintah hingga saat ini terus berkomitmen untuk mengembangkan ekonomi hijau tersebut.
Ekonomi hijau (Green Economy) adalah konsep yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat sehingga dapat mengurangi risiko kerusakan lingkungan, rendah karbon, hemat sumber daya dan inklusif secara sosial. Selain itu, konsep green economy merupakan salah satu upaya dalam mendukung berjalannya pertumbuhan dan pembangunan Indonesia dengan memasukkan enablers atau faktor-faktor yang memungkinkan investasi pertumbuhan hijau, dalam perencanaan sektoral, kabupaten, provinsi, maupun nasional.
Program Pertumbuhan Ekonomi Hijau (Green Growth Program) mendukung Indonesia dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi hijau yang dapat mengurangi kemiskinan serta memastikan inklusi sosial, kelestarian lingkungan dan efisiensi sumber daya. Prinsip, konsep dan pendekatan pertumbuhan ekonomi hijau menjadi penting untuk diterapkan di Indonesia guna membantu negara ini mewujudkan cita-cita yang ambisius tersebut.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pemerintah Indonesia akan terus berupaya dalam gerakan dunia menuju ekonomi hijau. Pilihan ini bukan semata-mata karena Indonesia ingin ikut-ikutan mengembangkan ekonomi hijau seperti negara-negara lain, melainkan karena Indonesia memiliki kekuatan besar dalam bidang tersebut.
Indonesia memiliki hampir semua jenis energi hijau, mulai dari energi panas bumi, energi surya, energi air, energi angin, dan energi ombak. Indonesia juga kaya hasil kebun yang bisa diolah menjadi bahan bakar seperti biodiesel, bioethanol, dan bioavtur.
Presiden Jokowi meyakini, kekuatan energi hijau ini akan mengundang industri hijau, pembiayaan ekonomi hijau, menghasilkan green food (pangan hijau), dan membuka peluang-peluang bagi green jobs (pekerjaan berorientasi ramah lingkungan) yang bisa menyejahterakan sekaligus berkelanjutan. Jokowi menegaskan bahwa upaya-upaya dalam bidang transisi energi harus terus dilanjutkan secara bertahap. Indonesia harus bisa mempercepat proses transisi energi menuju energi hijau. Presiden Jokowi menekankan bahwa Pertamina dan PLN juga harus berperan aktif dalam upaya penetrasi ke ranah ekonomi hijau tersebut, guna meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, mensejahterakan rakyat, dan yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
Menindaklanjuti visi Indonesia Emas 2045, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menginisiasi terbentuknya mesin ekonomi baru melalui pembangunan ekosistem semikonduktor. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah membentuk Satgas Asia Zero Emission Community (AZEC) dan Satgas Penyiapan Ekosistem Semikonduktor. Menko Airlangga berharap agar pengembangan ekonomi hijau dan semikonduktor dapat berjalan secara paralel. Pemerintah Indonesia juga siap memberikan insentif untuk menarik investor dan kerjasama ekonomi lainnya guna mempercepat pengembangan kedua industri tersebut yang akan memberikan manfaat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dukungan terhadap program ekonomi hijau juga datang dari berbagai kalangan masyarakat. Salah satunya yakni Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno. Dia mengatakan melalui proses transisi energi kita akan mengembangkan potensi energi terbarukan Indonesia yang melimpah mencapai 3.500 GW, seperti energi surya, panas bumi, bayu, hidro. Selain itu potensi Bioenergi yang dimiliki Indonesia juga sangat besar, sekitar 57GW.
Eddy juga mengatakan bahwa ketika Indonesia berkomitmen mengembangkan berbagai peluang energi terbarukan, maka otomatis ekonomi hijau akan bergerak. Hal ini karena membangun sumber-sumber energi dalam negeri akan menciptakan industri dan manufaktur baru, menyerap tenaga kerja serta memanfaatkan hasil produksi industri dalam negeri. Belum lagi ketika kita jalankan program hilirisasi tanaman menjadi energi, seperti biofuel, biodisel dan bio-avtur. Selain melahirkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, kita juga akan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar yang selama ini menggerus anggaran negara.
Eddy menambahkan selama ini PAN terlibat aktif memberikan ide dan masukan kebijakan untuk penyusunan Program Transisi Energi Prabowo-Gibran. PAN akan mendukung penuh pemerintahan yang akan datang untuk mempercepat proses transisi energi dalam rangka menciptakan energi yang bersih serta membuka berbagai potensi ekonomi hijau yang terkandung di dalamnya.
Ekonomi hijau atau green economy diharapkan tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia tetapi juga dapat menjadi inspirasi untuk terus mengadopsi konsep tersebut dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur yang cerdas, efisien dan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia harus optimis untuk mendukung realisasi program ekonomi hijau agar dapat berjalan sesuai dengan target yang direncanakan.
)* Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia