Oleh: Ferdy Bartolomeus )*
Pelukis Indonesia Denny Januar Ali, yang dikenal sebagai salah satu seniman terkemuka di negeri ini, telah menciptakan karya seni yang memukau dalam rangka menyambut kunjungan bersejarah Pemimpin Gereja Katholik Sedunia Sri Paus Fransiskus ke Indonesia. Lukisan tersebut, menggambarkan harmoni dan persatuan di tengah keberagaman, dihasilkan sebagai bentuk penghormatan atas nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi yang dibawa oleh Paus dalam setiap kunjungannya ke berbagai negara. Karya seni ini tidak hanya menambah keindahan dunia seni Indonesia, tetapi juga membawa pesan mendalam tentang pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama di tengah perbedaan.
Denny JA, seorang seniman yang memiliki reputasi internasional, telah lama menggunakan seni sebagai medium untuk menyampaikan pesan-pesan sosial dan kemanusiaan. Karyanya sering kali mencerminkan pergulatan masyarakat dalam menghadapi isu-isu kompleks seperti demokrasi, kebebasan, dan keadilan. Dalam lukisan terbarunya yang bertema kedatangan Paus Fransiskus, Denny kembali menegaskan komitmennya untuk mengangkat isu-isu penting melalui seni, kali ini dengan fokus pada pentingnya toleransi beragama.
Pada lukisan “Paus ke Indonesia #1” ia menggambarkan dua wanita berkerudung sedang bersimpuh (bukan menyembah) di hadapan Paus. Paus menyambut mereka dengan teduh sambil memberi salam hormat. Di depan dua wanita itu terlihat seorang kakek yang duduk di kursi roda. Kita simak, kursi roda tersebut didorong oleh seorang nenek tua. Di sekitar mereka berdiri banyak orang yang semua bersukacita. Dari setting yang tergambar, bisa diduga mereka berada di halaman kompleks pesantren.
Lukisan “Paus ke Indonesia #2” menggambarkan Paus sedang merengkuh seorang anak dengan khusyuk. Sementara di sekitar bocah itu berdiri anak-anak lain yang menampakkan wajah riang. Sebagian anak itu mengatupkan tangannya dalam gestur berdoa dan berharap. Di sekeliling anak-anak tampak orang tua mereka yang semuanya tersenyum bahagia. Di belakang kerumunan, aha, terlihat masjid megah yang siap mengumandangkan adzan. Selembar lukisan yang menegaskan betapa kebersamaan dalam perbedaan itu sungguh menyenangkan dan selalu memberikan harapan-harapan mulia.
Lukisan “Paus ke Indonesia #3” mempresentasikan kunjungan para ulama serta umat berbagai agama ke tempat Paus ketika berada di Indonesia. Di halaman bangunan gereja berbendera merah-putih itu, Paus menghaturkan sikap hormat kepada mereka yang bertandang. Kebahagiaan tampak berkelindan.
Adapun Denny JA sendiri mengatakan bahwa ukisan-lukisan ini hanya imajinasi kerinduan terhadap pemimpin yang bergerak dengan hati, dan secara otentik melayani kemanusiaan. Apa pun agamanya, negaranya, gendernya, etniknya, maupun identitas kulturalnya.
Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia, yang disambut dengan begitu banyak antusiasme, memang menjadi momen yang sangat dinantikan oleh banyak pihak. Paus Fransiskus akan menjadi Paus ketiga yang mengunjungi Indonesia, setelah Paus Paulus VI pada tahun 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989.
Kepala Bagian Umum dan SDM pada Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI), Ismail Cawidu, mengatakan pihaknya sudah melakukan sejumlah persiapan menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Pihak Istiqlal terus berkoordinasi dengan Gereja Katedral, protokol Kementerian Luar Negeri, dan instansi terkait lainnya.
Paus diharapkan untuk menjajal Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Katedral. Imam Besar Istiqlal, KH. Nasaruddin Umar mengharapkan Paus Fransiskus bisa melewati terowongan bawah tanah yang disebut sebagai simbol kerukunan beragama. Terowongan Silaturahmi ini disebut menjadi ikon kebhinekaan dan simbol hidup berdampingan antar umat beragama.
KH. Nasaruddin Umar menambahkan penyeberangan bawah tanah itu dibangun tidak hanya untuk menghubungkan dua tempat. Terowongan itu dibuat atas filosofi hubungan kemanusiaan.
Selain itu, Juru Bicara Panitia Kunjungan Sri Paus ke Indonesia, Romo Thomas Ulun Ismoyo menekankan pentingnya dukungan spiritual dari seluruh umat agar kunjungan Sri Paus berjalan lancar. Romo Ulun menambahkan, Gereja telah membagikan doa khusus untuk menyambut kedatangan Sri Paus Fransiskus sejak 29 Juni lalu. Ia mengajak umat membacakan doa tersebut setiap Minggu.
Romo Ulun juga mengingatkan, bahwa menyambut Sri Paus tidak hanya sebatas pada kehadirannya secara fisik. Namun juga menyambut gagasan dan pemikiran Bapa Suci dan diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan. Kata dia, untuk menyambut kunjungan Sri Paus, sudah banyak paroki yang mengadakan kegiatan seperti doa bersama, bedah buku, dan diskusi.
Terakhir, Romo Ulun menambahkan tema kunjungan Sri Paus ke Indonesia adalah Faith, Fraternity, and Compassion atau Iman, Persaudaraan dan Bela Rasa. Tema tersebut diharapkan dapat menginspirasi umat Katholik Indonesia untuk semakin memperkuat iman, mempererat persaudaraan, dan meningkatkan kepedulian sosial.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada September 2024 menjadi momen yang sangat dinantikan, tidak hanya oleh umat Katolik tetapi oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kunjungan ini juga menjadi simbol kuat dari komitmen Indonesia terhadap toleransi beragama dan dialog lintas agama. Di tengah tantangan dan ketegangan yang ada, kunjungan ini diharapkan dapat membawa angin segar bagi upaya perdamaian dan persatuan, serta menjadi tonggak penting dalam sejarah toleransi beragama di Indonesia.
)* Penulis adalah tim redaksi Persatuan Pers Mahasiswa Katolik Semarang