Oleh: Isak Kogoya
Serangan brutal kembali terjadi di wilayah berjuluk Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi, ketika kelompok separatis Papua, yang dikenal sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM), melakukan penyerangan terhadap Pos TNI di Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Aksi tersebut berlanjut dengan pembakaran gedung SMAN 1 Sinak, merusak fasilitas pendidikan yang seharusnya menjadi sarana pembelajaran bagi generasi muda di Bumi Cenderawasih.
Serangan dimulai ketika gerombolan separatis OPM merasa terganggu dengan keberadaan Pos TNI yang berlokasi di pinggiran kota. Tanpa peringatan, mereka melancarkan serangan ke arah para prajurit yang tengah berjaga.
Berdasarkan laporan yang diterima dari berbagai sumber, tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut, namun aksi mereka berlanjut dengan tindakan lebih kejam—pembakaran gedung sekolah pada malam harinya.
Kejadian itu menambah daftar panjang aksi biadab yang dilakukan oleh kelompok pengacau tersebut, terutama dalam menyerang infrastruktur pendidikan dan membahayakan masa depan anak-anak Papua.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo, menjelaskan bahwa serangan tersebut merupakan reaksi atas keberadaan pos keamanan TNI yang mereka anggap mengancam.
Setelah penyerangan pos tersebut, kelompok OPM langsung melanjutkan aksinya dengan membakar sekolah pada pukul 19.00 WIT. Aparat keamanan terus meningkatkan pengamanan di wilayah tersebut, meskipun kerugian terbesar hanya terjadi pada gedung sekolah yang menjadi sasaran. Benny menambahkan bahwa pihak keamanan tidak akan membiarkan serangan semacam itu tanpa tindakan tegas.
Letkol Inf Candra Kurniawan, Kapendam XVII/Cenderawasih, turut mengecam keras aksi pembakaran yang dilakukan oleh gerombolan separatis Papua. Menurutnya, pembakaran fasilitas pendidikan ini bukan hanya menghancurkan gedung, tetapi juga merusak masa depan anak-anak di wilayah tersebut.
Candra menilai bahwa OPM dengan sengaja menargetkan sekolah untuk menghambat proses pendidikan, karena mereka tidak ingin anak-anak di Bumi Cenderawasih memperoleh akses yang layak untuk belajar. Menurutnya, semangat anak-anak Papua untuk belajar sangat tinggi, tetapi tindakan biadab OPM justru menghancurkan harapan dan antusiasme mereka.
Tidak hanya menyerang pos keamanan dan membakar sekolah, kelompok separatis tersebut juga melakukan aksi penembakan terhadap Mako Koramil dan Mapolsek di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak.
Peristiwa tersebut berlangsung di tengah ketegangan yang dipicu oleh ketidakpuasan terhadap pembayaran denda selama proses Pilkada. Akibat dari aksi tersebut, masyarakat lokal semakin dihantui rasa takut, sementara aparat keamanan terus berupaya menjaga ketertiban dan keselamatan warga di wilayah itu.
Ketua DPR RI, Puan Maharani, turut menyoroti kejadian yang semakin masif dilakukan oleh OPM belakangan ini. Ia menyampaikan bahwa aksi kekerasan yang dilakukan kelompok separatis Papua tidak hanya mengancam keselamatan masyarakat, tetapi juga merusak masa depan generasi muda Papua.
Menurut Puan, aksi-aksi seperti pembakaran sekolah sangat mengganggu hak anak-anak dalam memperoleh pendidikan, yang seharusnya dilindungi dan diprioritaskan. Oleh karena itu, ia mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah tegas dan komprehensif guna menyelesaikan permasalahan yang terus berulang di wilayah tersebut.
Puan menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh hanya fokus pada pendekatan militeristik dalam menangani konflik di Papua. Pendekatan humanis juga harus diperhatikan agar masyarakat sipil tidak terus menerus menjadi korban.
Namun, upaya-upaya untuk mengamankan wilayah berjuluk Surga Kecil di ujung Indonesia tersebut harus tetap diiringi dengan kolaborasi yang kuat antara personel TNI-Polri. Puan juga mendorong agar aparat keamanan bekerja lebih optimal dalam menjaga kondusivitas pasca serangan yang dilakukan oleh kelompok separatis.
Dalam situasi yang semakin memanas tersebut, Ketua DPR Puan Maharani juga meminta agar pemerintah segera menyiapkan sarana pendidikan darurat untuk memastikan anak-anak Papua tetap bisa belajar. Ia menekankan bahwa sekolah-sekolah di Papua harus mendapatkan perlindungan keamanan yang lebih baik, agar peristiwa serupa tidak terulang di masa mendatang. Sarana pendidikan adalah kunci penting bagi masa depan Papua, dan segala bentuk intimidasi terhadap upaya pendidikan harus dihentikan secepat mungkin.
Aksi kekerasan yang terus menerus dilakukan oleh kelompok separatis Papua menjadi bukti nyata bahwa upaya mereka bukan hanya soal perjuangan politik, tetapi juga serangan langsung terhadap masa depan bangsa.
Pembakaran sekolah dan penyerangan pos keamanan tidak bisa ditoleransi dalam konteks apa pun. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah konkrit untuk menghentikan teror tersebut, demi memastikan keamanan dan kemajuan di wilayah berjuluk Kota Emas tersebut.
Dengan demikian, kejadian tersebut menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa perlawanan terhadap kekerasan dan ancaman harus dilakukan dengan tindakan tegas dan komprehensif. Tanpa tindakan yang efektif, OPM akan terus merusak kedamaian dan perkembangan yang selama ini telah diperjuangkan di Papua. Oleh karena itu, langkah pemerintah dalam menghadapi situasi ini menjadi sangat krusial untuk menegakkan keadilan dan melindungi hak-hak dasar masyarakat di Bumi Cenderawasih.
Kepala Divisi Konflik dan Resolusi – Forum Perdamaian Papua Raya