Oleh : Safira Tri Ningsih )*
Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, terutama di sektor ekonomi global, Indonesia memberikan sebuah kisah yang menggembirakan. Di tengah tantangan global yang penuh gejolak, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan sinyal positif, sebuah bukti kekuatan dan daya tahan ekonomi nasional.
Ketika lembaga pemeringkat kredit dunia seperti Standard & Poor’s (S&P) kembali mempertahankan peringkat Sovereign Credit Rating Indonesia pada level BBB dengan outlook stabil, ini bukan sekadar angka di atas kertas. Hal ini adalah cerminan dari kepercayaan dunia internasional terhadap prospek ekonomi Indonesia yang kuat.
Bank Indonesia (BI), sebagai pengawal stabilitas ekonomi, melihat langkah ini sebagai konfirmasi atas kepercayaan dunia terhadap kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah dan BI. Dalam pernyataannya, Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa afirmasi ini adalah bukti nyata bahwa sinergi kebijakan yang telah ditempuh berhasil menjaga stabilitas ekonomi makro serta sistem keuangan di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut.
Afirmasi peringkat kredit ini juga memperkuat keyakinan lembaga pemeringkat lain seperti Fitch dan Moody’s, yang sebelumnya telah memberikan afirmasi serupa pada awal 2024. Ini menegaskan bahwa Indonesia tetap berada di jalur yang benar dalam menjaga stabilitas ekonomi yang berkelanjutan.
Tentu saja, stabilitas ini tidak hanya datang dari satu arah, melainkan hasil dari koordinasi kebijakan yang kuat antara BI dan pemerintah dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi domestik dan tantangan global.
S&P menilai prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid selama beberapa tahun ke depan, dengan perkiraan rerata pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh permintaan domestik yang kuat, serta peningkatan belanja pemerintah dan investasi swasta.
Dalam jangka menengah, ketahanan sektor eksternal Indonesia juga diyakini akan tetap terjaga, berkat peningkatan ekspor yang didukung oleh kebijakan hilirisasi industri.
Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga berhasil memanfaatkan potensi domestik untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. S&P juga memandang bahwa inovasi strategi operasi moneter yang pro-market dengan penggunaan instrumen berbasis pasar semakin meningkatkan fleksibilitas kebijakan moneter Indonesia, sebuah langkah penting dalam menjaga stabilitas ekonomi di tengah volatilitas global.
Di sisi lain, komitmen pemerintah untuk menjaga defisit fiskal di bawah 3 persen dari produk domestik bruto (PDB) juga menjadi poin positif dalam penilaian S&P. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, pemerintah tetap berpegang teguh pada prinsip keberlanjutan kebijakan ekonomi.
Pemerintah berusaha untuk tidak tergelincir ke dalam disrupsi ekonomi yang signifikan, menjaga kredibilitas dan stabilitas yang sangat penting di tengah situasi global yang tidak menentu.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, turut memberikan proyeksi yang cukup optimis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai sekitar 5 persen pada kuartal II-2024, sedikit melambat dari kuartal sebelumnya yang mencatatkan angka 5,11 persen. Meskipun ada penurunan kecil, ini tetap dianggap sebagai tanda positif di tengah situasi global yang cenderung melambat.
Kinerja ekonomi yang positif pada kuartal kedua ini didukung oleh berbagai faktor, termasuk konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi. Kedua faktor ini merupakan motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi, dan diperkirakan akan terus mendukung laju ekonomi hingga akhir tahun 2024.
Selain itu, ekspor nasional yang lebih baik dibanding kuartal pertama juga memberikan kontribusi signifikan. Ekspor produk manufaktur dan pertambangan ke negara-negara emerging markets seperti India dan Tiongkok menjadi sorotan utama.
Kedua negara ini kini memiliki peran yang semakin besar dalam perdagangan global, dan Indonesia berhasil memanfaatkan peluang ini untuk memperkuat posisinya di pasar internasional.
Untuk menjaga momentum pertumbuhan ini, pemerintah berencana untuk terus mengandalkan kebijakan fiskal, dengan fokus pada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Belanja pemerintah akan terus diarahkan untuk menjaga stabilitas harga, yang sangat mempengaruhi daya beli masyarakat.
Konsumsi rumah tangga yang stabil menjadi kunci dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi, dan pemerintah menyadari hal ini dengan menjaga jaring pengaman sosial untuk masyarakat rentan.
Dalam situasi global yang penuh dengan ketidakpastian, langkah-langkah ini sangat penting. Pemerintah dan BI tidak hanya berfokus pada pertumbuhan jangka pendek, tetapi juga pada bagaimana menjaga kestabilan ekonomi dalam jangka panjang.
Dengan menjaga stabilitas harga dan daya beli, pemerintah berusaha untuk memastikan bahwa perekonomian Indonesia tetap tumbuh meskipun dihadapkan pada tantangan global yang berat. Pemerintah optimis bahwa dengan kebijakan yang tepat dan fokus pada penguatan ekonomi domestik, pertumbuhan ini bisa dicapai tanpa harus mengorbankan stabilitas ekonomi yang telah dibangun.
Dalam menghadapi tantangan global, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan prospek yang positif. Afirmasi peringkat kredit oleh S&P dan lembaga pemeringkat lainnya, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi yang stabil, memberikan sinyal bahwa Indonesia berada di jalur yang benar.
Kebijakan fiskal dan moneter yang proaktif, serta komitmen pemerintah untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat, menjadi faktor kunci dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, kita semua harus optimis bahwa masa depan ekonomi Indonesia akan tetap cerah, bahkan di tengah situasi yang penuh tantangan.
)* Penulis adalah Kontributor Daris Pustaka