Oleh Mariska Ondowame )*
Pembunuhan pilot asal Selandia Baru, Glen Malcolm Conning, di Distrik Alama, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, merupakan tragedi yang mengejutkan dan menambah catatan kekejaman Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kejadian ini bukan hanya mencederai rasa kemanusiaan, tetapi juga menjadi peringatan akan betapa berbahayanya keberadaan kelompok separatis seperti OPM terhadap stabilitas keamanan dan keselamatan warga sipil, termasuk pekerja kemanusiaan.
TNI dan pemerintah Indonesia segera merespons dengan tindakan tegas. Mantan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen R Nugraha Gumilar menegaskan bahwa TNI tidak akan mentolerir tindakan kejam OPM. TNI bersama aparat gabungan telah melakukan pengejaran intensif terhadap para pelaku, dengan tujuan memastikan mereka diadili sesuai hukum yang berlaku. Langkah ini sejalan dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Hadi Tjahjanto, yang menyatakan bahwa aparat keamanan akan mengejar pelaku pembunuhan ini hingga tertangkap dan diadili.
Hadi Tjahjanto, dalam keterangannya juga mengungkapkan bahwa tindakan tegas dan terukur diambil oleh pemerintah untuk menangani kasus ini. Ia juga menekankan bahwa Glen Conning, bersama penumpang lainnya, adalah tenaga kemanusiaan dan kesehatan yang dikirim ke pedalaman Papua untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat lokal.
Pemerintah Indonesia tidak hanya fokus pada tindakan militer, tetapi juga memperkuat koordinasi dan kerja sama antar lembaga untuk menangani masalah ini. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa setiap aspek dari operasi pengejaran, termasuk investigasi dan penegakan hukum, dilakukan dengan baik dan sesuai prosedur. Dengan dukungan dari semua pihak, pemerintah berharap dapat segera menangkap para pelaku dan mengadili mereka sesuai hukum yang berlaku.
Operasi pengejaran terhadap pelaku tidak hanya bertujuan untuk menegakkan keadilan bagi Glen, tetapi juga untuk mengirimkan pesan yang tegas kepada OPM dan kelompok separatis lainnya bahwa pemerintah Indonesia tidak akan mentolerir tindakan teror dan kekerasan yang merusak kedamaian dan keamanan di Papua. Operasi ini melibatkan Satuan tugas (Satgas) Operasi Damai Cartenz 2024 yang bekerja sama dengan Komando Operasi Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III dan Lanud Timika. Pengejaran ini diperkirakan akan berlangsung selama dua pekan dengan harapan pelaku segera ditangkap dan dihadapkan ke pengadilan.
Selain langkah-langkah operasional, pemerintah juga terus berupaya menangani akar masalah di Papua. Konflik di Papua tidak hanya berakar pada isu politik, tetapi juga pada ketidakpuasan ekonomi dan sosial. Pembangunan yang berkeadilan dan inklusif di seluruh wilayah Papua pun terus dilakukan sebagai kunci untuk meredam konflik serta mengurangi dukungan terhadap kelompok-kelompok separatis.
Dalam hal ini, pemerintah juga terus mendorong dialog dan pendekatan yang lebih humanis dalam menyelesaikan konflik di Papua. Meski upaya militer diperlukan untuk menjaga keamanan dan kedaulatan negara, pendekatan melalui pendidikan, kesehatan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua juga harus diintensifkan. Dengan demikian, harapan untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan di Papua dapat tercapai.
Sikap tegas pemerintah dalam menangani kasus ini mendapatkan dukungan luas dari masyarakat. Tidak hanya untuk menegakkan hukum, tetapi juga untuk melindungi nyawa dan menjaga keamanan di seluruh wilayah Indonesia. Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz 2024, Kombes Pol Bayu Suseno, menyatakan bahwa aparat gabungan TNI-Polri telah berhasil mengevakuasi jasad Glen Malcolm Conning dan 13 warga sipil dari Distrik Alama. Mereka yang dievakuasi terdiri dari delapan tenaga kesehatan, dua guru, dan tiga anak-anak yang juga menjadi saksi atas peristiwa tragis tersebut.
Selain itu, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, juga mendorong pemerintah untuk segera mengusut tuntas kasus ini dan membawa pelaku ke pengadilan. Menurutnya, hal ini penting untuk memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan ini diadili, sekaligus untuk mencegah terjadinya insiden serupa di masa depan. Pernyataan ini mencerminkan kebutuhan mendesak untuk penegakan hukum yang adil dan transparan, serta perlunya pemerintah memperkuat sistem hukum dan keamanan di wilayah konflik seperti Papua.
Insiden ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan melindungi pekerja kemanusiaan yang bertugas di wilayah-wilayah konflik. Glen Conning dan para penumpang helikopter yang disandera adalah bagian dari upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Papua yang terisolir. Tindakan brutal OPM yang mengakibatkan kematian Glen harus menjadi momen refleksi bagi kita semua bahwa kekerasan dan terorisme tidak boleh dibiarkan berkembang di negeri ini.
Operasi pengejaran ini tidak hanya akan membawa pelaku ke pengadilan, tetapi juga mengirimkan pesan yang jelas kepada OPM dan kelompok separatis lainnya bahwa pemerintah Indonesia tidak ragu-ragu dalam menindak tegas setiap bentuk ancaman terhadap keamanan nasional. Sikap ini penting untuk menjaga integritas wilayah Indonesia dan memastikan bahwa masyarakat, baik lokal maupun asing, dapat hidup dengan aman dan damai di Papua.
Pada akhirnya, tindakan tegas pemerintah dan aparat keamanan dalam mengejar dan menindak pelaku pembunuhan ini merupakan bentuk nyata dari komitmen untuk melindungi setiap nyawa yang ada di wilayah Indonesia. Lebih dari itu, langkah ini juga menjadi bagian dari tanggung jawab moral kita sebagai bangsa untuk memastikan bahwa keadilan ditegakkan dan perdamaian di Papua dapat tercapai.
)* penulis merupakan mahasiswi Papua di Surabaya