Oleh : Rivka Mayangsari*)
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) merupakan salah satu wujud nyata dari demokrasi di Indonesia. Proses ini tidak hanya menjadi ajang untuk memilih pemimpin daerah, tetapi juga menjadi tolok ukur seberapa kuat partisipasi masyarakat dalam menentukan masa depan bangsa. Dalam Pilkada, masyarakat diberi kesempatan untuk berperan aktif memilih pemimpin yang diyakini mampu membawa perubahan positif. Di tengah dinamika ini, peran pemuda dan tokoh agama menjadi sangat krusial untuk menciptakan Pilkada yang damai, transparan, dan demokratis.
Generasi muda memiliki kekuatan besar dalam menentukan arah masa depan bangsa, termasuk dalam proses demokrasi seperti Pilkada. Ketua KPU Kabupaten Alor, Munawir Laamin, menegaskan bahwa generasi muda memainkan peran penting dalam mengawal demokrasi Indonesia. Menurutnya, penting bagi pemuda untuk memahami betapa besar dampaknya jika generasi muda berperan aktif dalam proses politik, khususnya Pilkada. Dengan terlibat langsung, pemuda dapat memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan pemerintah berdampak positif bagi masyarakat luas.
Pemuda harus memiliki kesadaran bahwa partisipasi politik tidak sekadar memilih, tetapi juga ikut mengawal jalannya demokrasi agar tetap bersih dan adil. Hal ini berarti, pemuda tidak hanya berperan sebagai pemilih, tetapi juga sebagai pengawas independen yang dapat mencegah terjadinya pelanggaran, seperti politik uang, kampanye hitam, dan hoaks yang berpotensi merusak proses demokrasi.
Ketua Koalisi Pemuda dan Mahasiswa Bekasi (KPMB), Wahyu Yoland PS, juga menekankan pentingnya peran pemuda dalam Pilkada Serentak yang akan berlangsung pada November 2024. Menurut Wahyu, generasi muda harus memiliki pemahaman politik yang matang serta kepedulian yang tinggi terhadap proses Pilkada. Sikap proaktif ini diperlukan untuk menjaga iklim demokrasi yang sehat di berbagai daerah, termasuk Bekasi, demi menciptakan masa depan bangsa yang lebih baik.
Pemuda yang teredukasi dengan baik mengenai proses politik dan Pilkada dapat berperan sebagai jembatan informasi bagi masyarakat lainnya karena dapat menyebarkan informasi yang benar, memberikan pemahaman yang jelas kepada masyarakat yang kurang paham tentang Pilkada, dan mendorong terwujudnya Pilkada yang lebih transparan. Keterlibatan pemuda ini akan menjadi kunci sukses Pilkada yang damai dan demokratis.
Sementara itu, tantangan lain dalam menciptakan Pilkada damai adalah minimnya pemahaman masyarakat terhadap proses pemilihan, termasuk mengenai calon-calon yang akan dipilih. Gubernur Kalimantan Tengah, Sugianto Sabran, menyatakan pentingnya edukasi terkait calon pemimpin dan proses pemilihan. Ia mengakui bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dengan pasti nomor urut ataupun nama calon yang akan dipilih.
Kondisi ini tentu bisa berpotensi mengurangi kualitas partisipasi masyarakat dalam Pilkada. Oleh karena itu, Gubernur Sugianto menekankan bahwa sosialisasi harus dilakukan secara rutin oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, tokoh agama, dan tokoh adat. Melalui sosialisasi yang masif, diharapkan masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup untuk membuat keputusan yang tepat saat Pilkada berlangsung.
Tokoh agama di Indonesia memiliki peran besar dalam membina moral dan etika masyarakat. Dalam konteks Pilkada, tokoh agama diharapkan menjadi panutan yang mampu menyebarkan pesan-pesan damai, menenangkan suasana, dan mendorong terciptanya Pilkada yang aman dan tertib. Pilkada sering kali menjadi ajang bagi kelompok-kelompok tertentu untuk memecah belah masyarakat dengan isu-isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan). Dalam situasi seperti ini, tokoh agama harus tampil sebagai penjaga persatuan yang mengingatkan umatnya untuk tidak terpengaruh oleh provokasi yang dapat memecah belah.
Sebagaimana disampaikan oleh Gubernur Sugianto, tokoh agama juga harus terlibat aktif dalam sosialisasi terkait calon-calon pemimpin daerah. Dengan peran ini, tokoh agama dapat membantu masyarakat memahami visi dan misi setiap calon, sehingga masyarakat dapat memilih berdasarkan kriteria yang rasional dan bukan sekadar berdasarkan sentimen emosional atau desakan politik tertentu.
Selain itu, peran tokoh agama dalam memberikan pemahaman terkait etika dalam berdemokrasi sangat penting. Melalui ceramah dan pengajaran, tokoh agama dapat menyebarkan ajaran mengenai pentingnya saling menghormati dalam perbedaan pilihan politik. Tokoh agama juga dapat menjadi mediator ketika terjadi konflik di tengah masyarakat yang disebabkan oleh perbedaan pilihan politik.
Untuk mewujudkan Pilkada damai, sinergi antara pemuda, tokoh agama, dan pemerintah sangat diperlukan. Pemerintah sebagai penyelenggara Pilkada harus memastikan bahwa proses ini berjalan dengan transparan dan adil. Di sisi lain, tokoh agama berperan sebagai pengayom yang dapat menjaga kedamaian dan persatuan di tengah masyarakat. Sementara itu, generasi muda harus berada di garda terdepan dalam menjaga kelancaran proses demokrasi.
Pilkada bukan hanya tentang memilih pemimpin daerah, tetapi juga tentang mempertahankan prinsip-prinsip demokrasi yang sehat. Generasi muda harus memanfaatkan kesempatan ini untuk belajar dan berkontribusi dalam menjaga kualitas demokrasi di Indonesia. Pemuda yang teredukasi dan peduli akan membawa perubahan positif yang tidak hanya dirasakan saat Pilkada, tetapi juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ke depannya.
Melalui sinergi yang kuat antara pemuda, tokoh agama, dan pemerintah, Pilkada damai bukan hanya impian, melainkan sebuah kenyataan yang dapat diwujudkan di seluruh daerah di Indonesia.
*) Pemerhati politik