Oleh : Burhan Sutowo Aji )*
Pemilihan umum merupakan pesta demokrasi yang menjadi pilar penting dalam bernegara. Namun, tidak jarang masyarakat memilih untuk absen atau golongan putih (Golput). Golput adalah istilah bagi mereka yang memilih untuk tidak menggunakan hak pilih mereka dalam Pemilu atau Pilkada. Ironisnya, keputusan Golput ini seringkali didorong oleh maraknya informasi bohong alias hoaks yang beredar luas di masyarakat. Fenomena Golput tidak hanya sekadar absensi fisik dalam kotak suara, tetapi juga mencerminkan sikap politik yang kritis atau bahkan sikap skeptis terhadap sistem politik yang ada.
Alasan Golput (tidak memilih) bisa bermacam-macam yakni mulai dari ketidakpuasan terhadap calon yang tersedia, sampai dengan kekecewaan terhadap kinerja pemerintahan yang sedang berkuasa. Dalam konteks Indonesia, Golput telah menjadi perbincangan hangat setiap kali mendekati pemilihan umum. Pemilihan umum dilaksanakan dengan gaung untuk menolak Golput kembali menggema.
Pengamat Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Devi Darmawan, mengatakan sejak era reformasi angka Golput cenderung meningkat. Pemilihan Presiden adalah momen penting dalam suatu negara. Tapi, sayangnya, penyebaran hoaks dan ujaran kebencian seolah membuntuti keberlangsungan pemilihan umum ini. Oleh karena itu, penting bagi kita semua sebagai warga negara Indonesia untuk terdidik dengan informasi politik yang berkualitas guna matang dalam memilih pemimpin negara ini.
Ketua Presidium Masyarakat Antifitnah Indonesia, Septiaji Eko Nugroho juga mengatakan bahwa dari data yang dikumpulkan Mafindo, penyebaran terus meningkat selama 2018-2023. Penyebaran berita hoaks erat kaitannya dengan isu politik. Maka itu, persentase berita hoaks terkait politik meningkat saat memasuki tahun politik, seperti Pilkada.
Meskipun terkesan sebagai bentuk ekspresi kekecewaan terhadap sistem politik, Golput bukanlah solusi karena setiap suara memiliki nilai dan dapat menentukan hasil Pilkada yang berdampak pada kehidupan dan generasi mendatang, Dengan tidak mengikuti Pilkada, masyarakat kehilangan kesempatan untuk menentukan siapa yang akan memimpin negara ini. Golput menunjukkan ketidakpedulian terhadap masa depan bangsa, dengan memilih, Anda menunjukkan kepedulian dan menegaskan peran Anda sebagai warga negara yang aktif.
Peneliti Politik Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) Nicky Fahrizal, mengatakan pemilih Golput di Indonesia cenderung orang yang sangat teredukasi secara politik. Golput, meskipun terkadang dipandang sebagai bentuk protes, sebenarnya memiliki dampak yang mungkin tidak diinginkan terhadap proses demokrasi kita diantaranya mengabaikan potensi perubahan. Setiap suara memiliki kekuatan untuk mempengaruhi hasilnya. Jika Golput, kita melewatkan kesempatan untuk memilih calon yang paling mendukung nilai-nilai dan aspirasi kita. Kemudian meningkatkan peluang ketidakadilan, Dalam pemilihan yang sangat ketat, Golput bisa menjadi faktor penentu. Jika mayoritas memilih untuk tidak memilih, minoritas yang aktif dalam proses pemilihan bisa mengambil keuntungan dari situasi ini.
Adanya partisipasi aktif masyarakat terhadap Pilkada sangat penting bagi perubahan. Memilih adalah hak dan kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap warga negara. Ini adalah cara kita untuk memengaruhi arah kebijakan negara. Demokrasi hanya bisa berfungsi baik jika semua orang terlibat. Partisipasi aktif adalah kunci untuk menjaga sistem politik kita tetap hidup dan responsif. Dengan memilih, kita menyuarakan aspirasi kita untuk masa depan yang lebih baik. Ini adalah kesempatan untuk memilih pemimpin yang mewakili nilai-nilai kita dan berkomitmen pada perubahan positif.
Langkah-langkah positif yang dapat masyarakat maupun pemerintah lakukan demi mencegah terjadinya budaya Golput adalah dengan meningkatkan pemahaman tentang pentingnya Pilkada dan dampak Golput melalui kampanye pendidikan dan diskusi publik. Memastikan bahwa proses Pilkada berjalan transparan dan adil, sehingga masyarakat merasa lebih percaya diri untuk berpartisipasi, dan menyediakan informasi yang jelas serta akurat tentang calon dan platform mereka, sehingga pemilih dapat membuat keputusan yang informasional.
Golput dan hoaks adalah dua hal yang saling berkaitan dan menjadi musuh bersama dalam demokrasi. Dengan terus mendorong literasi digital, menegakkan hukum, serta menggiatkan kampanye anti-Golput, kita bersama dapat mewujudkan Pilkada yang berkualitas dan demokratis. Dengan upaya bersama dari masyarakat, pemerintah dan lembaga terkait, kita dapat membangun fondasi yang lebih kuat untuk Pilkada yang adil dan representatif, serta memperkuat kepercayaan publik terhadap sistem demokrasi yang kita junjung.
Seiring dengan perkembangan politik dan sosial, mungkin saja pandangan tentang Golput akan terus berubah. Namun yang pasti, keberadaannya tetap menjadi bagian dari dinamika demokrasi yang perlu dipahami dan diperhatikan secara seksama. Golput bukan hanya tentang absensi dalam kotak suara, tetapi juga tentang refleksi dari keterlibatan politik yang lebih luas di kalangan masyarakat.
Pilkada adalah momen untuk memilih pemimpin yang akan membawa bangsa ke arah yang lebih baik. Partisipasi aktif dalam Pilkada adalah cara terbaik untuk menjaga demokrasi kita bergerak maju. Dengan menggunakan hak pilih kita, kita memastikan bahwa suara kita didengar dan perubahan positif dapat terjadi. Jadi, mari kita jadikan Pilkada ini sebagai momen untuk menunjukkan dukungan kita terhadap masa depan Indonesia yang lebih baik. Jangan biarkan suara Anda hilang dalam keheningan Golput.
)* Penulis adalah Pengamat Politik Dalam Negeri