Jakarta – Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Dunia, Paus Fransiskus telah tiba di Indonesia pada 11.16 WIB di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, siang tadi. Begitu menjejakkan kaki di Indonesia, ia mengaku bahwa ini adalah penerbangan terlamanya.
“Terima kasih sudah ikut dalam perjalanan ini, saya rasa, ini adalah penerbangan paling lama saya sejauh ini,” ucap Paus Fransiskus kepada para jurnalis yang ikut dalam penerbangannya.
Paus Fransiskus berangkat dari Bandara Fiumicino Roma, pukul 17.15 waktu setempat, pada Senin (2/9). Setiba di Jakarta, ia dijemput oleh panitia penyambutan, dan langsung diantar menuju kedutaan besar Vatikan.
Tiba di Kedutaan Besar Vatikan untuk Indonesia, Paus Fransiskus disambut para pengungsi dan anak yatim-piatu. Anak-anak berjumlah sekitar lima orang didampingi oleh Komunitas Sant’Egidio Indonesia.
Dua anak di antaranya memberikan lukisan bergambar pohon, bendera berbagai negara, dan tangan berjabatan serta bertuliskan “Our World”. Mereka memeluk lengan Paus Fransiskus. Fransiskus tampak tersenyum kepada anak-anak itu.
Sedangkan kepada para pengungsi, Fransiskus memberikan berkat pada kening mereka. Direktur Biro Pers Vatikan, Matteo Burni menyebut para pengungsi berasal dari berbagai negara.
Termasuk beberapa Rohingya dari Myanmar,” kata Matteo kepada wartawan rombongan Takhta Suci Vatikan.
Adapun para anak yatim-piatu yang bertemu Fransiskus itu dibesarkan oleh biarawati Dominikan. Sementara itu, para pengungsi dan tunawisma ditampung oleh Jesuit Refugee Service, sebuah lembaga layanan pengungsi yang dikelola serikat Yesuit.
Sementara itu, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, yang turut menyambut kedatangan Paus, memuji kesederhanaan yang ditunjukkan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Dunia itu. Menurutnya, hal itu patut dijadikan contoh oleh seluruh umat beragama.
“Saya kira ini luar biasa kesederhanaan beliau. Beliau contohkan bagaimana menjadi pimpinan, karena beliau ini kan bukan hanya pemimpin agama, tetapi juga pemimpin negara,” ujar Yaqut.
Menurutnya, sifat ditampilkan kepala negara Vatikan ini menjadi ciri khas seorang pemimpin yang mengutamakan kesederhanaan.
“Dengan kesederhanaannya beliau tunjukkan, beliau memilih kendaraan pun dengan cara yang sangat sederhana dan ini untuk patut dicontoh,” ungkapnya.