Oleh: Robert Siahaan
Pilkada Serentak 2024 menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Dalam konteks ini, peran pemilih pemula semakin krusial. Mereka yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya di pemilu memiliki potensi besar untuk memengaruhi hasil pemilihan. Dengan jumlah yang signifikan, partisipasi aktif pemilih pemula di Pilkada 2024 dapat menjadi faktor kunci dalam menentukan masa depan daerah dan bangsa.
Pemilih pemula, yang mayoritas terdiri dari generasi muda, adalah kelompok yang sedang dalam tahap membentuk pandangan politik mereka. Mereka biasanya berusia antara 17 hingga 21 tahun dan baru saja mendapatkan hak politiknya.
Menurut data terbaru, pada Pilkada 2024, pemilih pemula diperkirakan mencapai jutaan orang, menjadikan mereka sebagai salah satu segmen pemilih terbesar dan berpengaruh.
Peran mereka sangat vital karena generasi muda sering kali membawa energi baru, semangat perubahan, serta gagasan yang segar ke dalam dinamika politik. Dengan akses yang luas terhadap informasi melalui teknologi dan media sosial, pemilih pemula memiliki kesempatan untuk terlibat lebih mendalam dalam proses politik. Mereka bisa lebih kritis dalam menilai calon pemimpin, program kerja, serta visi dan misi yang ditawarkan.
Meski memiliki potensi besar, meningkatkan partisipasi pemilih pemula bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pemahaman mereka tentang sistem politik dan pentingnya partisipasi dalam pemilu.
Bagi sebagian pemilih pemula, politik sering dianggap rumit atau tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka, sehingga minat untuk terlibat dalam proses pemilihan cenderung rendah.
Selain itu, adanya kebingungan dalam memilih kandidat yang tepat juga menjadi hambatan bagi pemilih pemula. Banyak dari mereka yang merasa sulit menentukan pilihan di tengah banjirnya informasi yang mereka dapatkan, terutama dari media sosial yang kerap kali menyajikan konten yang bias atau bahkan tidak valid. Isu disinformasi dan hoaks pun menjadi tantangan tersendiri yang dapat membingungkan pemilih muda dalam menilai calon kepala daerah secara objektif.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya pendidikan politik yang masif dan terarah bagi pemilih pemula. Pendidikan politik tidak hanya tentang bagaimana cara menggunakan hak suara, tetapi juga melibatkan pengenalan mendalam tentang proses demokrasi, peran pemilih dalam menentukan kebijakan publik, dan pentingnya memilih pemimpin yang memiliki integritas serta visi yang jelas.
Sosialisasi mengenai pentingnya partisipasi politik harus dilakukan sejak dini, baik melalui jalur formal seperti sekolah maupun non-formal seperti kegiatan komunitas dan organisasi kepemudaan.
Di era digital ini, platform media sosial juga bisa digunakan sebagai alat yang efektif untuk meningkatkan kesadaran politik di kalangan pemilih pemula. Melalui kampanye kreatif yang melibatkan influencer atau tokoh muda, pemahaman politik yang lebih sederhana dan menarik bisa disampaikan kepada generasi muda.
Generasi muda adalah pengguna utama teknologi digital, terutama media sosial. Pemilih pemula umumnya lebih cenderung terhubung dengan informasi melalui internet, dibandingkan dengan media tradisional seperti televisi atau radio.
Hal ini membuka peluang untuk memanfaatkan platform digital sebagai sarana untuk menyebarkan informasi politik yang lebih transparan dan kredibel.
Namun, perlu diingat bahwa pemanfaatan teknologi juga harus diimbangi dengan kontrol terhadap disinformasi. Pendidikan literasi digital harus ditingkatkan, agar pemilih pemula dapat menyaring informasi yang mereka terima dan tidak mudah terpengaruh oleh berita palsu yang beredar.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Tengah, Riena Retraningrum memastikan bahwa pihaknya telah melalukan sejumlah langkah strategis dengan pembentukan petugas untuk memastikan gelaran pesta demokrasi tinggal daerah itu berjalan dengan aman.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto mengungkapkan bahwa pihaknya telah melaksanakan safari pengecekan dan persiapan Pilkada Serentak 2024.
Di sisi lain, DPRD Kota Bandung, H. Agus Andi Setyawan mendukung penuh adanya berbagai langkah yang bertujuan untuk menyasar tingkat kepedulian kepada para pemilih pemula sehingga memunculkan inisiatif mereka.
Pada akhirnya, pemilih pemula bukan hanya menjadi kelompok yang harus didorong untuk terlibat dalam Pilkada 2024, tetapi juga diakui sebagai agen perubahan. Dengan memberikan pemahaman yang kuat tentang tanggung jawab mereka sebagai warga negara dan pentingnya partisipasi dalam pemilihan, pemilih pemula dapat menjadi motor penggerak perubahan di tingkat lokal dan nasional.
Partisipasi aktif mereka dalam Pilkada 2024 tidak hanya akan memperkuat legitimasi demokrasi, tetapi juga membantu mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin baru yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat, terutama generasi muda.
Suara mereka adalah cerminan masa depan, dan semakin mereka terlibat, semakin besar peluang bagi Indonesia untuk maju sebagai negara yang demokratis, inklusif, dan progresif.
Oleh karena itu, peran pemilih pemula dalam Pilkada 2024 sangatlah penting. Mereka bukan hanya sekadar partisipan, tetapi juga penentu arah masa depan bangsa. Dengan keterlibatan aktif mereka, Pilkada 2024 berpeluang menjadi pesta demokrasi yang lebih berkualitas dan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
*) Pengamat Politik Universitas Mercubuana