Oleh : Gavin Asadit )*
Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia telah lama menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam menjaga kerukunan antar umat beragama. Namun, ancaman radikalisme dan gerakan khilafah yang mengancam keamanan dan stabilitas negara ini patut terus diwaspadai karena dalam perkembangnya kelompok radikal yang melakukan aksi teror sudah lebih terstruktur dan dinamis. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk menjaga komitmen bersama dalam menolak radikalisme dan gerakan khilafah di Indonesia.
Radikalisme, dalam konteks ini, merujuk pada keyakinan atau tindakan yang ekstrem dan ekstremis, yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan kebebasan beragama. Gerakan radikal dapat mengancam keutuhan negara dan mengganggu perdamaian. Sementara itu, gerakan khilafah adalah upaya untuk mendirikan negara berdasarkan hukum Islam yang ketat, yang menolak prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan individu.
Penting untuk memahami bahwa radikalisme dan gerakan khilafah bukanlah representasi dari ajaran Islam yang sebenarnya. Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Namun, kelompok-kelompok radikal telah memanipulasi ajaran agama ini untuk membenarkan tindakan mereka yang kekerasan dan intoleran.
Ketua Forum Koodinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Banten, KH. Amas Tajudin mengatakan bahwa pendukung khilafah sering kali menggunakan aksi demonstrasi membela Palestina untuk menyebarkan ajaran mereka di Banten. Ajaran khilafah yang dibalut dengan aksi demonstrasi di Provinsi Banten oleh pendukung khilafah patut diwaspadai. Sementara itu, Ketua Umum MUI Banten, KH. TB Hamdi Ma’ani Rusydi mengajak kepada semua pihak untuk menolak semua sistem khilafah dan tetap menjaga perdamaian.
Untuk menjaga komitmen bersama dalam menolak radikalisme dan gerakan khilafah di Indonesia, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama, penting untuk melibatkan seluruh masyarakat, termasuk pemimpin agama, akademisi, dan masyarakat sipil, dalam dialog dan diskusi terbuka tentang ancaman radikalisme. Ini akan membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang bahaya yang dihadapi oleh negara ini. Di samping itu, keterlibatan masyarakat dalam membangun jejaring, mempromosikan dialog antaragama dan budaya, serta memberdayakan individu untuk memahami perbedaan dan menyelesaikan konflik dengan cara damai juga merupakan langkah kunci dalam melawan radikalisme.
Selain itu, pendidikan merupakan kunci dalam melawan radikalisme dan gerakan khilafah. Pendidikan yang mempromosikan nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan kebebasan beragama harus diperkuat di semua tingkatan pendidikan. Guru dan dosen harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menghadapi tanda-tanda radikalisme di kalangan siswa dan mahasiswa.
Sementara itu, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid mengatakan seluruh elemen pendidikan agar tetap mewaspadai keberadaan kelompok radikal yang terus berupaya mengadu domba dan memecah belah bangsa serta meningkatkan sikap intoleransi beragama. Pemerintah berperan penting dalam memastikan adanya kurikulum yang mencakup pemahaman yang benar tentang agama, budaya, dan sejarah bangsa. Pendidikan yang diberikan harus berlandaskan pada nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan perdamaian.
Selanjutnya, penting untuk memperkuat kerjasama dengan negara-negara lain dalam memerangi radikalisme dan gerakan khilafah. Indonesia harus bekerja sama dengan negara-negara tetangga dan mitra internasional dalam pertukaran informasi dan intelijen, serta dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk melawan ancaman ini. Kerjasama ini juga dapat melibatkan pemberian bantuan teknis dan keuangan untuk memperkuat kapasitas negara dalam melawan radikalisme.
Selain itu, pemerintah juga harus mengambil langkah-langkah konkret untuk menindak kelompok-kelompok radikal dan gerakan khilafah yang mengancam keamanan negara. Hukum dan regulasi yang ada harus diperkuat, dan penegakan hukum harus dilakukan dengan tegas terhadap individu atau kelompok yang terlibat dalam kegiatan radikal. Pada saat yang sama, upaya rehabilitasi dan deradikalisasi harus ditingkatkan untuk membantu anggota kelompok radikal kembali ke masyarakat dengan cara yang konstruktif.
Menjaga komitmen bersama dalam menolak radikalisme dan gerakan khilafah di Indonesia bukanlah tugas yang mudah. Dibutuhkan kerja sama dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan individu. Namun, dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi negara yang berpegang teguh pada nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan kebebasan beragama.
Menghadapi ancaman radikalisme dan gerakan khilafah, kita harus mengingat bahwa Islam adalah agama yang damai dan toleran. Kita harus memisahkan antara ajaran agama yang sejati dengan manipulasi yang dilakukan oleh kelompok radikal. Dengan memahami dan mempromosikan nilai-nilai Islam yang sejati, kita dapat menjaga keutuhan negara dan membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.
Dalam kesimpulan, menjaga komitmen bersama dalam menolak radikalisme dan gerakan khilafah di Indonesia adalah tugas yang penting bagi kita semua. Dengan melibatkan seluruh masyarakat, memperkuat pendidikan, meningkatkan kerjasama internasional, dan mengambil langkah-langkah konkret untuk menindak kelompok radikal, kita dapat melindungi keamanan dan stabilitas negara ini. Mari kita bersatu dalam menolak radikalisme dan gerakan khilafah, dan membangun Indonesia yang kuat, toleran, dan demokratis.
)* Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial dan Kemasyarakatan