Oleh : Rivka Mayangsari*)
Di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Indonesia telah menunjukkan komitmen besar terhadap pengembangan industri hilirisasi. Salah satu langkah nyata yang diambil adalah pembangunan smelter atau pabrik pengolahan mineral. Pembangunan smelter ini bukan hanya sekadar proyek infrastruktur, tetapi juga bagian dari strategi jangka panjang pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui optimalisasi nilai tambah sumber daya alam (SDA) yang dimiliki oleh Indonesia. Keberadaan smelter di berbagai wilayah Indonesia diyakini mampu menggerakkan roda perekonomian nasional, meningkatkan pendapatan negara, serta membuka banyak lapangan pekerjaan.
Salah satu proyek smelter yang menjadi sorotan adalah pembangunan smelter PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur. Presiden Jokowi menyatakan bahwa investasi pembangunan pabrik smelter ini berkontribusi signifikan dalam meningkatkan pendapatan negara, dengan perkiraan penerimaan negara dari PT Freeport Indonesia mencapai sekitar Rp80 triliun. Angka ini menunjukkan potensi besar dari sektor ini untuk mendongkrak ekonomi nasional. Selain itu, pembangunan smelter ini juga diklaim akan menciptakan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat serta mendukung program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah.
Sejak awal, Presiden Jokowi terus menekankan pentingnya hilirisasi sumber daya alam sebagai kunci bagi Indonesia untuk tidak hanya bergantung pada ekspor bahan mentah. Hilirisasi memungkinkan negara untuk mengolah SDA menjadi produk jadi yang memiliki nilai jual lebih tinggi di pasar internasional. Smelter berperan penting dalam proses ini karena menjadi fasilitas pengolahan bahan mentah seperti tembaga, nikel, dan bauksit. Dengan adanya smelter, Indonesia diharapkan tidak lagi hanya mengekspor bahan mentah, melainkan juga produk jadi, yang akan berkontribusi besar terhadap devisa negara.
Salah satu smelter yang juga menjadi perhatian adalah Smelter PT Amman Mineral Internasional Tbk di Nusa Tenggara Barat (NTB). Menteri BUMN Erick Thohir menuturkan bahwa smelter ini menjadi salah satu upaya Indonesia melalui perusahaan swasta nasional untuk meningkatkan nilai bahan mentah. Smelter tersebut dinilai akan membantu mendorong hilirisasi sumber daya alam di Indonesia. Keberadaan smelter ini dikatakan tidak hanya memberikan manfaat langsung berupa peningkatan nilai tambah produk, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat setempat, terutama dalam hal penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan.
Melalui hilirisasi, SDA Indonesia yang kaya tidak lagi diekspor dalam bentuk mentah dengan harga rendah, melainkan diolah lebih lanjut sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Hal ini tentu sejalan dengan visi pemerintah untuk mengoptimalkan pemanfaatan SDA demi kesejahteraan rakyat dan penguatan ekonomi nasional.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa keberadaan smelter memiliki dampak positif yang luas, baik secara nasional maupun regional. Pembangunan smelter tembaga disebutnya bukan hanya upaya untuk meningkatkan infrastruktur, melainkan langkah strategis yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam. Menurut Bahlil, dengan beroperasinya smelter, nilai tambah dari sumber daya mineral Indonesia akan meningkat, sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi perekonomian nasional.
Keberadaan smelter di berbagai daerah Indonesia, seperti di NTB dan Jawa Timur, juga dinilai mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Ketika smelter mulai beroperasi, tidak hanya perekonomian nasional yang diuntungkan, tetapi juga masyarakat di sekitar lokasi smelter. Pembukaan lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung, memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal. Selain itu, infrastruktur di daerah tersebut juga akan berkembang seiring dengan pembangunan dan operasionalisasi smelter. Hal ini diperkirakan dapat menciptakan efek domino yang mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain seperti jasa, transportasi, hingga perumahan.
Dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan smelter di berbagai wilayah Indonesia telah meningkatkan devisa negara. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa strategi hilirisasi SDA yang dicanangkan oleh pemerintah Presiden Jokowi memang memberikan dampak positif yang signifikan bagi ekonomi nasional. Selain itu, dengan semakin banyaknya smelter yang dibangun, Indonesia diharapkan bisa beralih dari negara pengekspor bahan mentah menjadi negara yang mampu menghasilkan produk jadi bernilai tinggi.
Lebih dari itu, pembangunan smelter disebut sejalan dengan upaya pemerintah dalam menciptakan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan melibatkan perusahaan-perusahaan nasional maupun asing dalam proyek ini, Indonesia dinilai berhasil menciptakan kolaborasi yang saling menguntungkan. Selain meningkatkan pendapatan negara, pembangunan smelter ini juga dipandang berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui pengolahan SDA yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Di masa depan, Indonesia diharapkan akan semakin kuat dalam industri pengolahan SDA, dengan lebih banyak smelter yang dibangun di seluruh penjuru negeri. Pemerintah telah menunjukkan komitmen untuk terus mendorong hilirisasi SDA sebagai strategi penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi. Keberadaan smelter-smelter ini bukan hanya menjadi simbol keberhasilan pembangunan infrastruktur, tetapi juga tonggak penting dalam perjalanan Indonesia menuju negara industri yang kuat dan mandiri.
Dengan demikian, keberadaan smelter di era Presiden Jokowi dinilai bukan hanya meningkatkan perekonomian negara, tetapi juga menciptakan peluang-peluang baru bagi masyarakat Indonesia untuk lebih sejahtera.
*) Pemerhati Ekonomi