Manado – Keberadaan Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) menunjukkan komitmen Pemerintah dalam menciptakan wadah yang mendukung pengembangan karakter generasi muda Indonesia.
Lingkungan multietnis dan multikultural di AMN memungkinkan para mahasiswa untuk saling memahami dan menghargai perbedaan, yang pada akhirnya memperkuat persatuan dan kesatuan nasional.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, menekankan bahwa toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman adalah kunci kemajuan bangsa.
“Dengan adanya toleransi antar masyarakat, khususnya di kalangan pemuda, Indonesia akan mampu menghadapi tantangan global dengan lebih baik,” ujar Muhadjir.
Sementara itu, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo menyepakat bahwa keberadaan AMN sangat penting bagi Indonesia.
“AMN menjadi solusi atas kemajemukan bangsa, menyediakan tempat kaderisasi bagi pemimpin masa depan yang mampu melihat perbedaan sebagai kekuatan pemersatu,” katanya.
Sebagai informasi, pembangunan Gedung AMN merupakan upaya Badan Intelijen Negara (BIN) untuk mempersatukan mahasiswa dari berbagai suku bangsa, bahasa, kebudayaan, dan agama di seluruh Indonesia serta bersifat multi perguruan tinggi.
Menurut Kepala BIN, Jenderal Polisi (Purn) Budi Gunawan, BIN ditugaskan oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi katalisator pembangunan AMN dan mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 106 Tahun 2021 tentang Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN) sebagai dasar pembangunan asrama ini.
“Pembangunan AMN bermula dari aspirasi berbagai tokoh masyarakat Papua yang menginginkan ada suatu wadah atau media yang dapat mempersatukan suku bangsa di Tanah Air ini. Untuk itu, BIN merangkul sejumlah kementerian dan instansi untuk membangun AMN,” ungkap Kepala BIN.
Melalui AMN, para mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia dapat belajar dan tumbuh bersama dalam lingkungan yang mendukung interaksi lintas budaya. Mereka diajarkan untuk tidak memandang perbedaan sebagai sesuatu yang memisahkan, melainkan sebagai kekuatan yang menyatukan. Hal ini menjadi landasan penting dalam membangun karakter pemimpin masa depan yang inklusif dan toleran.