Oleh : Sabrina Aulia )*
Pilkada 2024 diproyeksikan akan menjadi momen penting dalam perjalanan demokrasi di Indonesia, terutama dengan munculnya Gen Z dan Milenial sebagai mayoritas pemilih. Generasi ini memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah kebijakan dan kepemimpinan masa depan negara. Mengingat jumlah mereka yang signifikan, Gen Z dan Milenial memegang kunci kesuksesan pelaksanaan Pilkada ini.
Gen Z, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, serta Milenial, yang lahir antara tahun 1981 dan 1996, adalah kelompok yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka tumbuh dalam era digital dengan akses informasi yang mudah melalui internet dan media sosial. Hal ini memberikan mereka kemampuan untuk lebih kritis dan berpengetahuan luas mengenai isu-isu politik dan sosial.
Gen Z dikenal dengan semangat inovasi dan keinginan untuk melakukan perubahan. Mereka sangat peduli pada isu-isu seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, dan keadilan sosial. Sementara itu, Milenial, yang mulai memasuki usia matang dan berkeluarga, cenderung lebih fokus pada stabilitas ekonomi dan peningkatan kualitas hidup.
Dukungan Gen Z terhadap Pilkada 2024 sangat penting. Mereka memiliki kemampuan untuk menyebarkan informasi dan membentuk opini publik melalui media sosial. Dengan platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, Gen Z dapat memobilisasi dan memotivasi rekan-rekan mereka untuk terlibat aktif dalam proses politik.
Salah satu bentuk dukungan konkret yang dapat diberikan oleh Gen Z adalah dengan menjadi relawan dalam kampanye-kampanye politik. Ini memungkinkan mereka untuk lebih memahami proses politik dan memberikan kontribusi nyata dalam pemilihan. Selain itu, mereka dapat mengadakan diskusi dan forum-forum online untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang pentingnya Pilkada.
Gen Z juga dapat memanfaatkan keterampilan digital mereka untuk memantau dan melaporkan segala bentuk kecurangan atau pelanggaran yang mungkin terjadi selama Pilkada. Hal ini akan membantu memastikan transparansi dan keadilan dalam proses pemilihan.
Kepala Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bengkulu, Irwansah, mengungkapkan bahwa sebanyak 24,75 persen generasi milenial dan 37,32 persen generasi Y diperkirakan akan berpartisipasi dalam pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024 mendatang.
Meski demikian, Irwansah menyebut bahwa persentase partisipasi ini masih dapat berubah, mengingat beberapa tahapan masih berlangsung, seperti pencocokan dan penelitian daftar pemilih serta pendataan pemilih potensial dari pemilih pemula.
KPU melihat potensi pemilih muda sangat tinggi dan memiliki pengaruh signifikan terhadap pembangunan daerah. Jika generasi muda cerdas dalam memilih kepala daerah, maka akan berdampak positif pada tingkat pembangunan selama masa periodesasi kepala daerah tersebut.
Oleh karena itu, KPU mendorong agar partisipasi pemilih muda meningkat dengan melakukan sosialisasi KPU goes to school, sosialisasi kepada beberapa organisasi profesi, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan, serta tokoh lainnya masih dianggap cukup efektif untuk pemerataan informasi dan menggiring pemilih untuk hadir di TPS.
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menyatakan generasi muda memegang peran kunci dalam pesta demokrasi pemilihan kepala daerah (pilkada) yang akan berlangsung pada 27 November 2024.
Asisten Deputi Wawasan Pemuda Kemenpora, Edi Nurinda Susila mengatakan Posisi pemuda sangat strategis baik dalam semangat dan potensi energi. Namun, dari segi jumlah menjadi kunci sukses dan keberhasilan para peserta pesta demokrasi.
Berdasarkan data KPU, total pemilih yang terlibat dalam pemilihan umum (pemilu) pada tahun ini mencapai 204,80 juta jiwa yang tersebar di 514 kabupaten/kota, 128 negara perwakilan, dan 820.161 tempat pemungutan suara (TPS) dalam negeri.
Menurut dia, hal yang menarik adalah lebih dari separuh total pemilih berusia di bawah 40 tahun, yakni sebanyak 56,45% atau setara 113,62 juta jiwa. Mereka terdiri atas generasi milenial sebanyak 33,60% dan generasi Z mencapai 22,85%. Anak muda harus menunjukkan jadi diri tidak hanya sebagai subjek, tetapi sebagai objek untuk berkiprah dalam kontestasi pemilu. Pemuda sebagai kunci sukses demokrasi.
Manajer Program Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Fadhli Ramadhani memandang konfigurasi pemilih muda yang mendominasi dalam pemilu tahun ini belum pernah terjadi sepanjang pemilu reformasi.
Fadhli mengatakan bahwa pemilih muda telah mendapatkan banyak informasi tentang pemilihan umum dan calon-calon yang akan mereka pilih. Kepemilikan ponsel pintar dan aktif menggunakan media memengaruhi cara pandang pemilih muda. Ketika mayoritas pemilih berusia muda dan bisa dengan mudah mendapatkan informasi, mereka mungkin punya daya kritis yang lebih tajam.
Anggota Komisi Yudisial, Djoko Sasmito menyampaikan pilkada adalah pilar utama dalam sistem demokrasi yang memberikan hak kepada warga negara untuk memilih wakil mereka dalam membentuk pemerintahan.
Proses itu bukan hanya mencakup perhitungan suara, melainkan juga melibatkan serangkaian tahapan, termasuk tahapan persidangan perkara yang muncul dalam proses pilkada.
Gen Z dan Milenial adalah harapan masa depan Indonesia. Dengan kemampuan dan semangat mereka, Pilkada 2024 dapat berlangsung dengan sukses dan menghasilkan pemimpin yang mampu menjawab tantangan zaman. Keterlibatan aktif dan partisipasi mereka dalam proses politik adalah kunci untuk memastikan demokrasi yang sehat dan berkelanjutan di Indonesia.
)* Penulis merupakan pengamat politik