Oleh : Rika Prasatya )*
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi momen bersejarah yang memancarkan cahaya harapan dan kebersamaan dalam keberagaman. Paus, sebagai pemimpin spiritual dari umat Katolik di seluruh dunia, mengunjungi Indonesia dengan pesan damai dan kerukunan yang resonan dengan semangat keberagaman bangsa ini. Kunjungan ini tidak hanya mempererat hubungan antara Gereja Katolik dan umat beragama lainnya, tetapi juga menggarisbawahi posisi Indonesia sebagai miniatur kerukunan dalam keberagaman global.
Indonesia, dengan lebih dari 270 juta penduduk yang terdiri dari berbagai etnis, agama, dan budaya, telah lama dikenal sebagai contoh keberagaman yang harmonis. Meski tantangan sosial dan konflik kadang muncul, Indonesia telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam merajut persatuan di tengah perbedaan. Kunjungan Paus Fransiskus ke negara ini merupakan pengakuan dan dukungan terhadap upaya Indonesia dalam memelihara dan merayakan keberagaman.
Paus Fransiskus, yang dikenal dengan pendekatannya yang inklusif dan damai, memilih Indonesia sebagai salah satu destinasi dalam rangkaian kunjungannya ke Asia Tenggara. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya Paus untuk memperkuat dialog antaragama dan mengadvokasi perdamaian di wilayah yang sering mengalami ketegangan antar komunitas agama. Paus Fransiskus, yang sering berbicara tentang pentingnya kerukunan dan solidaritas, memanfaatkan kunjungannya untuk menyampaikan pesan bahwa perbedaan bukanlah halangan, melainkan kekuatan yang bisa menyatukan umat manusia.
Selama lawatannya ke Indonesia, Paus Fransiskus telah bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara dan mengunjungi Gereja Katedral serta Masjid Istiqlal. Pertemuan Paus dengan para uskup, imam, biarawan-biarawati, daikon, seminaris, dan katekis, dibuka dengan sambutan oleh Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunyamin. Dalam pidatonya, Paus menekankan pentingnya iman, persaudaraan dan belarasa dalam kehidupan sebagai umat Katolik.
Menurut Paus, tiga keutamaan ini mengungkapkan dengan baik perjalanan umat Katolik Indonesia sebagai sebuah gereja dan sebagai bagian bangsa Indonesia yang secara etnik dan budaya berbeda. Terkait iman, Paus Fransiskus menekankan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam. Sepintas, menurutnya, kekayaan ini bisa membuat Indonesia sombong. Namun, kekayaan ini juga bisa menjadi pengingat akan kehadiran Allah dalam alam semesta dan dalam hidup manusia.
Selama kunjungannya, Paus Fransiskus melakukan sejumlah kegiatan penting. Ia mengadakan misa akbar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) yang akan dihadiri oleh lebih dari 80 ribu umat Katolik dari seluruh penjuru Indonesia. Dalam setiap kesempatan, Paus menyampaikan pesan tentang pentingnya saling menghormati dan bekerja sama dalam membangun masyarakat yang damai dan inklusif.
Sementara itu, Imam Besar Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan, ia dan Paus Fransiskus telah dijadwalkan bertemu di Masjid Istiqlal, Kamis, untuk membahas tentang perdamaian. Pertemuan itu juga akan dilanjutkan dengan penandatanganan deklarasi yang meliputi dua poin penting, yakni isu dehumanisasi dan isu lingkungan. Penandatanganan kesepakatan itu disaksikan oleh para tokoh lintas agama di sela-sela agenda lawatan Paus Fransiskus ke terowongan silaturahmi.
Menurutnya, pertemuan ini berkomitmen untuk mendorong perdamaian dunia mengingat Paus Fransiskus selalu berkhotbah mengenai perdamaian dalam setiap kesempatan. Perdamaian ini pun dikehendaki oleh para pemuka agama lain. Tema perdamaian dan toleransi menjadi isu sentral. Ia juga menyinggung ada aspek-aspek besar universal keagamaan yang melekat pada Paus yang tidak jauh dari visi mayoritas umat Islam. Nasaruddin mengatakan, kunjungan Paus ke Istiqlal juga untuk mengunjungi terowongan silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
Meskipun Indonesia telah menunjukkan banyak kemajuan dalam hal kerukunan, tantangan tetap ada. Konflik sosial, intoleransi, dan radikalisasi merupakan isu yang harus diatasi. Dalam konteks ini, kunjungan Paus Fransiskus memberikan dorongan moral dan spiritual untuk melawan ekstremisme dan memperkuat komitmen terhadap toleransi.
Lewat deklarasi tersebut, Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal berharap, masyarakat akan mengerti pentingnya pendekatan agama dalam rangka merawat dan memelihara lingkungan hidup serta mendorong perdamaian dunia.
Paus Fransiskus menekankan pentingnya pendidikan dan dialog dalam mengatasi tantangan ini. Ia mengajak umat untuk tidak hanya menghormati perbedaan tetapi juga untuk aktif terlibat dalam membangun jembatan antara berbagai kelompok. Pesannya adalah bahwa kerukunan tidak hanya datang dari pengertian tetapi juga dari tindakan proaktif dalam menciptakan ruang bagi semua pihak untuk merasa diterima dan dihargai.
Paus Fransiskus mengingatkan kita bahwa kerukunan bukanlah sesuatu yang otomatis, tetapi memerlukan usaha berkelanjutan dari semua pihak. Pesan ini sejalan dengan semangat Pancasila, ideologi negara Indonesia, yang menekankan pada prinsip-prinsip persatuan dalam keberagaman.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia adalah perwujudan nyata dari pengakuan terhadap komitmen Indonesia terhadap kerukunan dan keberagaman. Dengan pesan damai dan inklusif yang dibawanya, Paus menggarisbawahi bahwa kerukunan bukan hanya sebuah ideal, tetapi juga sebuah realitas yang dapat dicapai melalui usaha bersama. Indonesia, sebagai miniatur kerukunan dalam keberagaman, menawarkan pelajaran berharga tentang bagaimana perbedaan dapat dijadikan kekuatan untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai. Kunjungan ini bukan hanya sebuah perayaan, tetapi juga sebuah ajakan untuk terus bekerja menuju dunia yang lebih inklusif dan toleran.
)* Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia