Oleh: Cut Zahra
Program inisiasi lembaga pimpinan Jenderal Polisi (Purn) Prof. Dr. Budi Gunawan, Aneuk Muda Aceh Unggul dan Hebat (AMANAH), telah memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan seni budaya lokal, khususnya di bidang tari.
Dalam beberapa tahun terakhir, program ini berhasil menjadi wadah bagi penari muda Aceh untuk mengasah bakat mereka sekaligus melestarikan budaya daerah. Melalui berbagai pelatihan, pertunjukan, dan audisi yang diselenggarakan, program ini terus menumbuhkan potensi seni tari di kalangan generasi muda, memastikan keberlanjutan warisan seni tradisional yang kaya.
Tari tradisional Aceh, dengan gerakan yang dinamis dan sarat makna, memang memiliki pesona tersendiri. Sayangnya, dengan pesatnya modernisasi, minat generasi muda terhadap seni tari lokal mulai menurun.
Di sinilah program pengembangan kualitas SDM oleh pemerintah melalui inisiasi BIN hadir untuk mengembalikan perhatian pemuda pada seni budaya lokal. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan menyelenggarakan pelatihan tari secara intensif, melibatkan para pelatih profesional untuk membimbing para peserta, dan memberikan platform yang layak bagi para penari muda untuk tampil dan bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
Melissa Franklien Regina, salah satu pelatih tari di program ini, memainkan peran penting dalam membimbing para peserta. Ia memiliki pandangan bahwa potensi penari muda di Aceh sangat besar, namun memerlukan bimbingan yang tepat agar mereka dapat mencapai potensi maksimal.
Program ini, menurutnya, memberikan ruang bagi penari muda untuk tidak hanya memahami gerakan tari secara teknis, tetapi juga menanamkan kecintaan terhadap budaya lokal. Latihan yang intensif di bawah bimbingan pelatih seperti Melissa membantu para peserta untuk meningkatkan kualitas gerakan, pemahaman ritme, dan kepekaan terhadap makna filosofis di balik setiap tarian tradisional yang mereka pelajari.
Di samping itu, program strategis unggulan di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo juga menyelenggarakan audisi penari yang dipimpin oleh juri-juri berpengalaman, salah satunya Denny Malik.
Sebagai juri, Denny memiliki wawasan mendalam tentang bagaimana tarian tradisional bisa berkembang dan diterima oleh audiens modern. Dalam audisi, Denny menilai bahwa pentingnya kolaborasi antara tradisi dan inovasi menjadi kunci keberhasilan seorang penari muda untuk bisa bersaing di tingkat yang lebih tinggi.
Menurutnya, tarian tradisional Aceh memiliki potensi untuk dipadukan dengan elemen-elemen kontemporer tanpa harus kehilangan identitas budaya aslinya. Pendekatan ini mendorong para penari muda untuk lebih berani berinovasi, sambil tetap menjunjung tinggi akar tradisi yang mereka bawa.
Pelatihan tari yang diselenggarakan oleh program pengembangan kualitas SDM ini juga tidak hanya fokus pada aspek teknis tarian, tetapi juga pada pembinaan karakter dan sikap profesional dalam dunia seni pertunjukan.
Zunaidillah Zakaria, seorang pelatih tari yang juga terlibat dalam program ini, memiliki pandangan bahwa menjadi penari bukan hanya tentang menguasai gerakan, tetapi juga memiliki disiplin, dedikasi, dan rasa hormat terhadap budaya yang ditampilkan.
Program ini mendorong para peserta untuk mengembangkan kepribadian yang kuat sebagai seorang seniman, agar mereka tidak hanya sukses di panggung, tetapi juga menjadi duta budaya yang baik di masyarakat.
Di bawah bimbingan pelatih-pelatih tersebut, para penari muda Aceh tidak hanya mengasah keterampilan mereka, tetapi juga mendapatkan pengalaman berharga dalam dunia seni pertunjukan.
Mereka diajarkan cara mengelola tekanan saat tampil di depan penonton, bagaimana berkolaborasi dengan penari lain, serta memahami konteks budaya dan sejarah dari setiap tarian yang mereka bawakan. Pendekatan ini memberikan fondasi kuat bagi para penari muda untuk terus berkembang dan membawa tarian tradisional Aceh ke panggung yang lebih luas.
Program inisiasi lembaga pimpinan Jenderal Polisi (Purn) Prof. Dr. Budi Gunawan ini juga memberikan akses kepada para penari muda untuk tampil di berbagai acara berskala nasional maupun internasional.
Hal ini tidak hanya meningkatkan eksposur para penari muda, tetapi juga mempromosikan budaya Aceh kepada audiens yang lebih luas. Penampilan di tingkat internasional membantu meningkatkan apresiasi global terhadap kekayaan budaya Indonesia, khususnya Aceh, dan membuka peluang bagi tarian tradisional untuk diakui sebagai bagian dari warisan budaya dunia.
Keberhasilan program ini dalam mengembangkan bakat penari muda dan melestarikan seni tari tradisional Aceh tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, mulai dari pelatih profesional hingga juri yang berpengalaman.
Komitmen para pelatih dan juri dalam memberikan bimbingan dan evaluasi yang mendalam memastikan bahwa setiap penari muda yang terlibat dapat tumbuh menjadi seniman yang berkualitas dan berdedikasi. Selain itu, dukungan pemerintah melalui program ini juga sangat penting dalam menciptakan ekosistem yang kondusif bagi perkembangan seni budaya lokal.
Di masa depan, program strategis unggulan ini diprediksi akan terus memainkan peran penting dalam membina dan mengembangkan bakat seni pemuda Aceh. Program ini tidak hanya berfokus pada pengembangan keterampilan seni tari, tetapi juga melestarikan warisan budaya yang bernilai tinggi.
Melalui berbagai inisiatif yang sudah berjalan, diharapkan lebih banyak penari muda Aceh yang mampu bersinar di panggung nasional maupun internasional, membawa nama Aceh dan Indonesia ke level yang lebih tinggi.
Pada akhirnya, program pengembangan kualitas SDM oleh pemerintah melalui inisiasi BIN ini menjadi pilar penting dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya lokal, khususnya di bidang tari.
Dengan bimbingan dan dukungan yang tepat, generasi muda Aceh memiliki kesempatan besar untuk tidak hanya mengasah bakat mereka, tetapi juga berkontribusi dalam melestarikan kekayaan budaya daerah mereka untuk generasi mendatang.
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (UIN Ar-Raniry)