Oleh : Muhammad Dika Prayoga
Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam membangun sumber daya manusia (SDM) unggul, salah satunya melalui program Sekolah Rakyat yang menjadi bagian dari implementasi Astacita Presiden Prabowo Subianto. Program ini bukan sekadar inisiatif pendidikan, melainkan langkah strategis yang dirancang untuk memperluas akses pendidikan berkualitas bagi masyarakat yang selama ini terpinggirkan oleh keterbatasan sosial dan ekonomi.
Ketua DPD RI Sultan B. Najamudin memandang Sekolah Rakyat sebagai tulang punggung pembangunan SDM Indonesia, terutama di wilayah-wilayah yang minim akses pendidikan formal. Menurutnya, program ini adalah wujud nyata kehadiran negara untuk memastikan setiap anak, tanpa memandang latar belakang ekonomi, mendapatkan kesempatan yang setara dalam menempuh pendidikan. Ia menilai bahwa pelaksanaan program di daerah seperti Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, adalah bukti nyata bahwa pemerataan pendidikan menjadi prioritas strategis dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045.
Sultan menekankan pentingnya kolaborasi lintas kementerian dan pemerintah daerah untuk memastikan keberhasilan program ini. Kementerian Sosial, Kementerian PUPR, dan pemerintah daerah harus bahu-membahu mengawal agar Sekolah Rakyat tidak sekadar membangun infrastruktur, tetapi juga menyiapkan kurikulum kontekstual, pelatihan guru yang adaptif, dan pendampingan sosial yang mampu menjawab tantangan sosial-ekonomi di lapangan. Baginya, pendidikan yang berhasil bukan hanya berdiri di atas bangunan kokoh, tetapi juga berlandaskan pendekatan humanis dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Dari perspektif siswa, Sekolah Rakyat menjadi ruang pembelajaran yang membuka pintu masa depan. Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Abdul Muhaimin Iskandar saat meninjau Sekolah Rakyat Menengah Atas XXI Unesa di Surabaya, memberikan pesan kuat kepada para siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan memanfaatkan setiap kesempatan yang diberikan. Baginya, pendidikan adalah kunci memutus rantai kemiskinan dan membangun generasi yang cerdas, unggul, serta berkarakter. Ia menegaskan bahwa tidak ada satu menit pun di sekolah yang boleh terbuang sia-sia, karena setiap detik adalah investasi untuk masa depan yang lebih baik.
Muhaimin juga mengajak pihak perguruan tinggi seperti Universitas Negeri Surabaya untuk turut mengarahkan minat dan potensi siswa. Dengan pendekatan seperti ini, diharapkan lulusan Sekolah Rakyat tidak hanya memiliki kemampuan akademik, tetapi juga keterampilan dan visi masa depan yang jelas. Pendampingan yang terstruktur sejak dini menjadi bagian penting agar para siswa dapat menempuh jalur yang sesuai dengan bakat mereka, baik itu di bidang akademis maupun non-akademis.
Program Sekolah Rakyat juga mendapat dukungan kuat dari tokoh pemuda Papua. Kepala LKBN ANTARA Biro Papua, Hendrina Dian Kandipi, melihatnya sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kualitas SDM, khususnya bagi keluarga kurang mampu di wilayah timur Indonesia. Dengan pola pendidikan berasrama, siswa tidak hanya mendapatkan pelajaran akademis, tetapi juga penguatan karakter yang akan membentuk kepribadian lebih tangguh dan terarah.
Anggota Pokja Papua Cerdas BP3OKP, Imelda Carolina Felle, menegaskan bahwa keberadaan Sekolah Rakyat merupakan upaya konkret untuk memutus rantai kemiskinan di Papua. Ia mengakui bahwa program ini menghadapi tantangan awal, terutama dalam proses adaptasi siswa, namun hal tersebut wajar mengingat konsepnya yang baru. Menurutnya, yang terpenting adalah memastikan pendekatan intensif dari pengelola program agar siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk berkembang.
Dari semua pandangan tersebut, terlihat bahwa Sekolah Rakyat dirancang sebagai instrumen transformasi pendidikan nasional yang lebih adil, merata, dan inklusif. Program ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana mengajar, tetapi juga sebagai pusat pembentukan karakter, penguatan keterampilan hidup, dan penanaman nilai-nilai kebangsaan. Dengan strategi yang tepat, Sekolah Rakyat dapat menjadi katalis untuk mengubah wajah pendidikan di Indonesia, terutama bagi daerah-daerah yang selama ini berada di garis belakang pembangunan.
Apresiasi terhadap program ini patut diberikan mengingat keberaniannya dalam menyasar kelompok masyarakat yang kerap luput dari prioritas pembangunan pendidikan. Keberpihakan terhadap masyarakat marginal menunjukkan bahwa pemerintah berkomitmen menjadikan pendidikan sebagai hak, bukan sekadar privilese.
Tantangan tentu tetap ada, mulai dari penyediaan guru berkualitas, sarana belajar yang memadai, hingga adaptasi kurikulum agar relevan dengan kebutuhan lokal. Namun, jika seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah pusat, daerah, dunia pendidikan, hingga masyarakat sipil, dapat bersinergi, Sekolah Rakyat berpotensi menjadi gerakan nasional yang melahirkan generasi emas.
Pada akhirnya, Sekolah Rakyat bukan sekadar program pendidikan, melainkan simbol komitmen bangsa untuk menciptakan masa depan yang lebih baik melalui SDM unggul. Investasi dalam pendidikan seperti ini adalah investasi jangka panjang yang hasilnya akan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Menuju Indonesia Emas 2045, langkah-langkah konkret seperti Sekolah Rakyat menjadi fondasi yang tidak tergantikan.
*Penulis adalah Pengamat Sosial
