Dalam sepuluh tahun kepemimpinannya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhasil membawa ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik dan stabil. Berbagai program serta kebijakan yang telah diterapkan secara konsisten membuktikan efektivitasnya dalam menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global yang berat.
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Athor Subroto, menilai bahwa resiliensi ekonomi Indonesia di bawah Presiden Jokowi sangat luar biasa. Salah satu buktinya adalah pertumbuhan ekonomi yang stabil di angka 5 persen, bahkan saat dunia mengalami ketidakpastian ekonomi akibat pandemi dan krisis global lainnya. “Adanya pertumbuhan ekonomi di level 5 itu suatu resiliensi ekonomi yang sangat luar biasa dari Presiden Jokowi hingga saat ini,” kata Athor.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan yang memiliki efek ganda (multiplier effect) yang signifikan. Salah satunya adalah program hilirisasi, yang bertujuan untuk menjaga agar proses ekonomi terjadi di dalam negeri, sehingga dampaknya lebih luas bagi perekonomian nasional. Athor menekankan pentingnya percepatan realisasi program-program tersebut agar dampaknya bisa lebih cepat dirasakan.
Selain itu, pengamat politik ekonomi dari Universitas Bung Karno, Faisal Chaniago, menyoroti pentingnya keberlanjutan program hilirisasi oleh pemerintahan mendatang. Menurutnya, hilirisasi akan menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar bagi Indonesia dan harus terus menjadi prioritas. “Pemerintah selanjutnya harus menjalankan hilirisasi karena ini akan menjadi income terbesar nanti,” ujarnya.
Selain dari sektor hilirisasi, peningkatan konektivitas udara selama sepuluh tahun pemerintahan Presiden Jokowi juga membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi daerah-daerah di Indonesia. Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Telisa Aulia Falianty, mengungkapkan bahwa pembangunan konektivitas udara telah mendorong pertumbuhan ekonomi daerah hingga 10 persen. “Dengan adanya konektivitas udara, perekonomian daerah bisa tumbuh sekitar 5-10 persen,” ungkapnya.
Pembangunan infrastruktur udara ini bahkan menjangkau wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), seperti Papua. Telisa menekankan bahwa konektivitas udara memudahkan masyarakat di daerah terpencil untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Selain itu, ketersediaan barang yang lebih baik berkontribusi pada penurunan harga kebutuhan pokok, yang sangat membantu masyarakat setempat.
Tak hanya itu, konektivitas udara juga membuka peluang baru bagi perekonomian daerah melalui sektor pariwisata. Wisatawan kini lebih mudah menjangkau daerah-daerah terpencil yang memiliki potensi wisata, sehingga menciptakan sumber pendapatan baru bagi masyarakat lokal.
Telisa menambahkan, konektivitas udara di era Presiden Jokowi juga membantu mengurangi ketimpangan pembangunan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Dengan pembangunan yang inklusif, masyarakat di wilayah terpencil pun turut merasakan manfaat ekonomi.
Secara keseluruhan, dalam satu dekade kepemimpinan Presiden Jokowi, perekonomian Indonesia telah berkembang dengan baik. Stabilitas ekonomi, pembangunan infrastruktur yang merata, dan kebijakan hilirisasi menjadi fondasi kuat bagi masa depan perekonomian Indonesia yang lebih mandiri dan inklusif.